Bersama itu Manis

Setelah sekian lama tak menulis, jari ini menjadi kelu tuk menulis tapi tentu itu bukan halangan tuk melanjutkan kesenangan ini.
Berawal dari bonus telpon sesama operator yg saya dapat sore itu, saya memutuskan menelpon salah satu teman lama yang dulu pernah sama-sama berjuang di pondok tahfidz qur’an, setelah berbincang lama sampailah ditopik yang sedang hangat baru-baru ini yaitu “tahdzir”. Mungkin bukan hal baru lagi soal tahdzir ini, yaitu seorang tokoh agama berkata tentang sifat atau pemikiran seseorang agar orang lain menjauhi orang itu. Kami sama-sama sangat menyayangkan hal ini, mengapa? Terlebih kata-kata yang dipakai oleh ustadz ini bernada meremehkan kemampuan seseorang yang menjadi kelebihan ia yang mungkin ustadz ini juga tidak memilikinya. terlepas dari hal itu yang paling disayangkan adalah kondisi umat islam yang sudah dipandang lemah masih disibukan oleh saling menyalahkan atau melemahkan semangat menuntut ilmu saudara-saudara kita dari pada bersatu untuk melawan musuh-musuh islam. Mereka berkeyakinan bahwa tidak ada toleransi terhadap kebathilan apalagi menyangkut aqidah masyarakat. yah mereka benar, kami tidak menyalahkan mereka hanya saja mereka lupa hal yang terpenting dan focus kepada hal yang hanya sekedar penting.  Tidakah mereka sedikit berfikir untuk berkata sesuatu yang bernada persatuan? Perlu kah menyebarkan doktrin sesat kepada orang yang berbeda dalam furu’ saja ke khalayak? Seberapa persenkah kekuasaan kita terhadap kunci surga sehingga kita berani melabelkan sesat kepada saudara kita hanya karena masalah furu’ saja? Sehingga melupakan jasa saudara kita dalam mendakwahkan ushul dari kebenaran. Ah sudahlah tidak bisakah kita focus terhadap dakwah untuk mendekatkan diri kita, keluarga kita dan masyarakat kepada Allah dan mengenalkan mereka terhadap kitab suci Al Qur’an yang sudah mulai mereka tinggalkan? Lalu mengajak mereka untuk mengikuti Sunnah-sunnah Rosululloh yang banyak dari mereka masih buta terhadapnya? Wahai saudaraku seiman jika ada sesuatu yang kalian lihat itu sebuah kesalahan ada didalam diri kami maka nasihatilah baik-baik bukankah kalian juga mempelajari bagaimana ulama yang menjadi rujukan kita bersama dalam menyikapi sebuah perbedaan atau kekeliruan? Jangan menjadikan “sudah kami nasehati tapi ngeyel” sebagai alasan untuk melebeli sesat kepada seseorang jika itu hanya masalah furu’. Cukup sampaikan hujjah terkuat kalian yang sudah kalian yakini kepada orang yang kalian cintai dan kalian lindungi manhajnya. Karena tahdzirmu merusak moral orang yang mengikuti kajianmu dan merusak nama baikmu dihadapan orang-orang yang berbeda pendapat denganmu, bukankah kita berharap dakwah kita bisa memberi manfaat kepada semuanya maka jangan beri sekat  tinggi ditempat yang tidak seharusnya disekat dan yang juga penting adalah jangan jadikan omongan kita sebagai penyebab orang lain meng-ghibah kita.

Semoga bermanfaat dan saya tetap meyakini sebaik apapun perkataan manusia akan tetap ada yang kurang. semoga bisa dimaafkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

rantai makanan

lingkaran

ikhwan